Inilah Alasan Mahfud MD Dianugerahi Gelar Karaeng Tojeng
Ketua Mahkamah Konstitusi Moh Mahfud MD memperoleh gelar kehormatan Karaeng Tojeng yang diberikan di Istana Balla’ Lompo Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (1/3). Pemberian gelar kepada mantan Menteri Pertahanan RI era Gus Dur ini karena dirinya dianggap memiliki kepemimpinan ”assulapak appak”, yaitu cerdas, berani, jujur dan berada. Gelar diberikan tidak hanya karena memiliki sifat-sifat tersebut, Mahfud dianggap mempraktikkan dalam kehidupannya.
Pemangku adat Galesong I Mallarangang Karaeng Gasing yang mewakili masyarakat Galesong membaca pernyataan pemberian gelar Karaeng Tojeng. Pemasangan songkok ”Biring Bulaeng” terbuat dari lontar dikelilingi serat emas juga dilakukan Ketua Lembaga Adat Galesong H. Muhammad Roem Karaeng Mattawang yang juga menjabat Ketua DPRD Sulawesi Selatan yang bermakna sebagai kelembutan tetapi tegas. Prosesi adat lain juga dilakukan untuk gelar bangsawan ini.
Karaeng Tojeng berasal dari dua kata, yaitu Karaeng yang berarti peningkatan status yang lebih tinggi dari Daeng yang diberikan untuk bangsawan yang memiliki derajat hamba dari yang mulia, dan kata Tojeng yang berarti benar atau kebenaran. Mahfud dinyatakan memiliki kurang lebih sama dengan sikap I Manindori Karaeng Tojeng, Karaeng Galesong Tu Menanga Ri Tappakna yang meninggal di Malang, Jawa Timur.
I Manindori Karaeng Tojeng merupakan putra sulung Sultan Hasanudin dari istrinya yang keempat. Beliau diangkat ayahnya sebagai Karaeng di Galesong, tetapi karena akal bulus Belanda menghindari perang saudara yang biasa dilakukan dengan pemberontakan, beliau memilih melanjutkan perjuangan dengan skala besar dan luas dengan berjuang ke Madura dan Jawa.”Ini menampakkan sifatnya sebagai negarawan yang berhati mulia yang sangat cerdas,” kata Aminuudin Salle Karaeng Patoto. Selain itu, prinsip lain dimilikinya tidak mau berkompromi dengan Belanda dan menolak perjanjian Bongaya.
Sifat kepemimpinan tersebut sangat dibutuhkan di negara kita saat ini. ”Anugerah ini diberikan berangkat dari diskusi kecil, berangkat dari pertanyaan Guru Besar Prof. Guntur kenapa bangsa ini menjadi seperti kita alami ini. Bahwa jawaban singkat dan didiskusikan karena keteladanan,” terang Aminuddin Salle yang mewakili kerabat Karaeng Galesong. Selanjutnya, kesadaran Mahfud sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung gauk tojeng, adak, siri, pacce, sipalabbiri dan kearifan lokal lainnya, sebagai pengejawantahan Pancasila yang masih sangat relevan bagi kehidupan masyarakat.
Keanehan di republik ini adalah menipisnya sikap saling menghargai, perilaku anarkis, menyimpang dari semestinya karena banyak dari kita tercerabut dari nilai-nilai akar budayanya. ”Oleh sebab itu, maka sudah sewajarnya kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada orang yang sesuai dan seide dengan masyarakat adat untuk dapat menumbuhkan kembali sifat-sifat luhur dari para leluhur kami.” jelas Guru Besar Unhas Makassar ini.
Harapan kerabat Karaeng Galesong bahwa dengan Mahfud memimpin institusi kebenaran yakni MK, bahwa sifat Karaeng Tojeng tetap dipertahankan, misalkan sikap berani dalam memutuskan. Dengan orang cerdas sehingga memberi maslahat lebih besar, dan sikap jujur dan tegas pada saat negara yang dilanda masalah korupsi, serta kaya tidak hanya harta, tetapi pemikiran yang kreatif dan inovatif, sehingga membawa bangsa kepada yang diidam-idamkan.
Gelar Karaeng Tojeng jatuh kepada Mahfud sesuai diskusi dan bacaan yang mendalam yang semula dilakukan para guru besar di Unhas dan dilaporkan kepada pejabat-pejabat yang berwenang. Gelar ini juga dimusyawarahkan dan disepakati dua kali pemuka adat lengkap yang dihadiri pejabat yang berwenang di wilayah Sulsel dan Takalar. ”Hasil keputusan ini kemudian dibawa ke Jakarta,” terangnya. Selain itu, acara pemberian gelar ini bentuk penghargaan dan terima kasih karena Galesong dipercaya sebagai Desa Pancasila dan Konstitusi.
Muhmammad Roem selaku Ketua Lembaga Adat Galesong juga mengemukakan Mahfud layak dibanggakan. Salah satu alasan lain penghargaan diberikan, yaitu Raja Galesong yang datang pertama kali disambut masyarakat Madura. Tidak sedikit pula kerabat Galesong berada banyak di Jawa. Mahfud sejalan dengan Karaeng Galesong yang pertama kali tersebut.
Selain itu, masyarakat Galesong dan kiranya masyarakat lain melihat Mahfud ketika berbicara jelas alasannya, jelas dasar berbicaranya yang memiliki bukti dan tidak meledak-ledak, serta tidak berbicara sembarangan. ”Tidak banyak tokoh lain seperti itu. Satunya kata dengan perbuatan,” katanya. Ucapan terima kasih dan harapan besar juga dikemukakannya kepada Mahfud sebagai keluarga besar Galesong ini.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengatakan gelar ini adalah tekad, harapan dan doa untuk membangun Sulawesi Selatan lebih baik. Bagi orang Bugis-Makassar pembenarannya selalu melalui empat pendekatan dasar, yakni kesesuaian dengan nilai-nilai agama, mendahulukan kepentingan orang banyak, aturan, serta adat dan budayanya. "Jika melakukan pendekatan itu, maka kita dukung, ” katanya.
Orang Bugis-Makassar selalu bersumpah setia pada komitmen.”Bapak (Mahfud, Red) bagaikan jarum Paduka, menyeberanglah bagai jarum, maka benang akan mengikutimu. Asal saja yang kau tuju adalah hal yang benar. Kau boleh berhenti bagai angin dan boleh menggugurkan daun-daun yang ada, tetapi yang boleh digugurkan adalah daun yang sudah kuning dan waktunya sudah rontok,” terangnya dengan bahasa Makassar.
Moh Mahfud MD Kareng Tojeng terhadap penghargaan dari kerabat Galesong ini merasa miris, berat dan merasa malu terhadap gelar terhormat itu. Jika diidentifikasi memiliki sikap Karaeng Tojeng ketika sudah membuktikan itu, sebagai orang hebat, besar dan pemimpin yang baik sehingga semua mengenangnya. Sementara itu, Mahfud mengatakan merasa belum membuktikan. ”Sekurang-kurangnya masih diuji dalam perjalanan yang panjang dan apakah saya bisa mengakhiri hidup dalam kemulyaan dan kehormatan,” ujar Mahfud.
”Saya merasa jangan-jangan saya gagal juga,” katanya dengan banyaknya penghargaan diberikan di era reformasi, tetapi gagal ditengah jalan karena kehilangan idealisme dan mengorbankan rakyat dan bangsanya. Tetapi, Mahfud menyatakan merasa mendapat energi dan pompaan baru dengan kehormatan itu untuk menjaga dan terus berjuang sebagaimana diusahakannya selama ini.
Mahfud mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang menjembatani acara ini. Sikap empat, yakni cerdas, berani, jujur, menurut Mahfud sangat sesuai dengan Islam, yakni shiddiq, amanah, tabliq, dan fathonah. Pemimpin harus memiliki sifat-sifat seperti itu. Mahfud merasa perlu mengatakan itu, karena saat sekarang ukurannya menjadi tiga, yaitu popularitas, akseptabilitas dan elektabiltas. Mahfud mempertanyakan, ”Kenapa bukan sifat-sifat yang tadi menjadi ukuran.”
Pemberian gelar kepada Ketua MK Moh Mahfud ini diikuti penandatanganan Desa Galesong sebagai Desa Pancasila dan Konstitusi. Acara ini dihadiri Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Ketua DPRD Sulsel H. Muh Roem, Rektor Unhas Idrus Paturusi, Sekjen MK Janedjri M. Gaffar, Bupati Takalar Ibrahim Rewa, Wakil Bupati Takalar A Makmur A Sadda, Ketua DPRD Takalar, Dekan FH dan dosen FH Unhas, para pejabat tinggi di lingkungan Sulsel dan Takalar, para pemangku adat dan masyarakat Galesong. (Miftakhul Huda)
Source: Laman Mahkamah Konstitusi