MK Gelar Diklat Kebangsaan bagi Pegawai

Mahkamah Konstitusi (MK) menyelenggarakan Diklat Motivasi Pendidikan Karakter Kebangsaan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Senin (23/5). Acara yang bertempat di Aula Gedung MK tersebut diisi oleh Direktur Transformasi Nilai-Nilai Universal Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Srijono.

Membuka acara, Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah menjelaskan urgensi acara diselenggarakan. \\"Tujuannya untuk menumbuhkan iklim kerja  positif  bagi pegawai MK,\\" ujarnya.

MK, imbuhnya, terus berproses untuk menjadi lembaga yang semakin baik dari waktu ke waktu. Hal tersebut membutuhkan  prasyarat SDM yang berkualitas dan berintegritas. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan integritas menjadi hal yang tak bisa ditawar. \\"MK berusaha terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Sebab MK merupakan lembaga bagi seseorang untuk mencari keadilan substantif,\\" tegasnya.

Lebih lanjut, Guntur menyatakan efektivitas bekerja sangat penting bagi pegawai MK. Kecepatan, ketepatan, dan kepuasan pelayanan MK akan begitu dinilai oleh publik. Sehingga mau tak mau, pegawai MK harus bersikap luwes dan dinamis dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. \\"Saya berpesan pada peserta mengoptimalkan diklat ini. Sebab pembicara merupakan  orang yang berkapasitas dan memiliki banyak ilmu,\\" jelas Guntur.

Sesi Materi

Memasuki sesi materi, Srijono menyinggung pentingnya kecerdasan karakter bagi seorang individu. Kecerdasan karakter, menurutnya, memegang peranan penting di atas kecerdasan intelektual. Hal itu terbukti dari tidak begitu bedanya kualitas intelektual antara negara maju dan berkembang. \\"Selama ini kita memandang negara maju kualitas intelektualnya lebih tinggi dibanding negara berkembang. Anggapan itu salah sebenarnya,\\" katanya menegaskan.

Dirinya menyebut perbedaan antara negara maju dan berkembang terletak di sisi karakter. Sebagai contoh, Srijono membandingkan antara  Indonesia dan Singapura. \\"Mereka itu kalah segala-galanya dari Indonesia. SDA mereka tidak punya apa apa. Namun, faktanya justru Singapura lebih maju dan makmur dari Indonesia,” paparnya.

Kuncinya, jelas dia, Singapura memiliki karakter yang kuat. Masyarakat Singapura merupakan masyarakat yang disiplin dan giat bekerja. “Ini membuat mereka berpikir maju. Meski tak punya SDA, mereka justru fokus membangun negaranya di bidang jasa,” jelasnya. (ars/lul)

 

Source: Laman Mahkamah Konstitusi