SDM Unggul Harus Memiliki Karakter dan Jiwa Pancasila yang Kuat

JAKARTA, HUMAS MKRI - Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi M. Guntur Hamzah memberikan sambutan dalam acara Penggelaran Calon Wisudawan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (SPS Unair) Periode Wisuda Oktober 2022 pada Rabu (28/9/2022). Acara dengan tema “Pengembangan Sumber Daya Manusia Menuju Indonesia Emas 2045” ini dilaksanakan di Gedung Airlangga Sharia’ and Entrepreneurship Education Center (ASEEC), Kampus B, Universitas Airlangga. Hadir dalam acara ini, Direktur SPS Unair Badri Munir Sukoco, para Wakil Direktur SPS Unair yakni Rudi Purwono dan Suparto Wijoyo, segenap dosen, guru besar. Selain itu, hadir pula para calon wisudawan di lingkungan SPS Unair yang mengikuti acara secara daring.

Guntur dalam sambutannya mengatakan, sebagai bangsa yang besar, Indonesia telah mengalami berbagai pasang surut kemajuan pembangunan yang tidak lepas dari adanya potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang kita miliki. Perjalanan panjang pembangunan Indonesia amat sangat tergantung pada hasil sumber daya alam. Namun, kita luput untuk mengelola dan mengolahnya secara baik dan berkelanjutan (sustainability).

Guntur menjelaskan bangsa sempat terbuai dan dininabobokan dengan melimpahnya hasil minyak bumi di tahun 70-an, di mana Indonesia sempat menjadi negara pengekspor minyak bumi. Namun kini kita selalu kekurangan dan harus mengimpor minyak bumi dari negara lain.

Begitu pula di tahun 90-an, kita memiliki sumber daya alam dari hutan yang melimpah ruah. Namun, kini banyak kawasan hutan yang rusak dan habis dibabat sehingga menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan, termasuk mengakibatkan perubahan iklim (climate change).

Hal serupa juga terjadi dari sumber daya alam berbasis energi, seperti misalnya batu bara, gas, dan juga nikel. Sebagai salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia, di satu sisi Indonesia memiliki keuntungan besar dalam mengekspor sumber daya alam tersebut. Namun di sisi lain, melimpahnya hasil alam di Indonesia justru bisa menjadi “kutukan sumber daya alam” (the curse of natural resources), sebagaimana premis yang pernah disampaikan oleh Jeffrey D. Sachs dan Andrew M. Warmer.

Lalu, Guntur bertanya kepada hadirin, apa yang menjadi faktor utama penyebab Indonesia tidak optimal dalam mengelola sumber daya alam tersebut? Salah satu jawabannya, kata Guntur, adalah kurangnya fokus kita dalam meningkatkan kualitas SDM yang akan mengelola SDA dan berbagai kebijakan strategis lainnya. Selain itu, pembangunan juga harus disandarkan pada konsep keadilan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selanjutnya dalam sambutan berjudul “Integritas Kepemimpinan dan Sumber Daya Manusia yang Excellent dan Berbasis Moralitas” ini, Guntur mengajak para calon wisudawan untuk memahami konteks pembangunan SDM berkeadilan yang ditawarkan oleh Michael J. Sandel, seorang Professor of Government Theory dari Harvard University Law School. Menurut Sandel, keadilan dapat tercapai melalui keseimbangan dari tiga pilar, yakni kebebasan (freedom), kesejahteraan (welfare), dan kebajikan (virtue).

Pertama, freedom. SDM yang unggul harus memiliki free will dari segala hal, memberi ruang untuk berkreasi dan berkembang sebagus mungkin, meskipun tentu tetap ada pedoman yang harus diikuti. Kedua, welfare. Apabila kita menginginkan SDM yang unggul maka kita harus memperkuat fondasi dasar berupa dukungan kesejahteraan. Pemerintah dan kita semua harus hadir untuk memberikan dukungan penuh bagi para talenta muda agar menjadi generasi yang lebih baik di masa mendatang. Ketiga, virtue. Nilai kebajikan ini merupakan nilai dan dan perilaku yang diyakini manusia baik untuk ditanamkan. Dalam konteks ini, para pemimpin dan calon pemimpin harus memiliki integritas dan moralitas yang tinggi, mempunyai kebijaksanaan lokal (local wisdom), dan memiliki karakter yang kuat.

“Karena itu, kunci dari pembangunan Indonesia yang berkeadilan adalah SDM yang excellence dan memahami serta menerapkan makna dari freedom, welfare, dan virtue, serta  memiliki karakter dan jiwa Pancasila yang kuat,” kata Guntur di tengah para Calon Wisudawan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga di antaranya La Nyalla Mahmud Mattalitti (Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI) dan Baddrut Tamam (Bupati Pamekasan).

 

Reposisi Pemimpin

Sementara itu Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Badri Munir Sukoco dalam sambutan mengatakan perlu bagi Indonesia melakukan perubahan dengan akselerasi terhadap capaian negara sebagai bangsa yang besar. Hal ini mengingat mulai bergeliatnya ekonomi dunia dan pada beberapa negara justru terjadi inflasi. Untuk itu sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu menambah sektor jasa dengan pemanfaatan teknologi yang tergambar pada reposisi pemimpin di Sekolah Pascasarjana Unair  yang akan lulus pada Oktober 2022 ini. Sehingga pada 2045 ke depan, Indonesia siap mengembangkan diri menjadi negara yang maju. Melalui lulusan Sekolah Pascasarjana dan Doktor di Unair ini diharapkan dapat melahirkan pemimpin bangsa yang berkontribusi pada masing-masing keilmuan sesuai instansi yang dipimpin.

“Indonesia tidak akan maju jika kebijakan dan penegakan hukumnya tidak pro pada perubahan. Sehingga sekolah tempat dari berbagai kalangan ini, bisa menjadi ekosistem yang membuat Indonesia maju pada 2045 dengan ciri-ciri punya visi dan misi yang dapat dikembangkan Indonesia menjadi bangsa yang maju sebagai ambisi besar yang harus dicapai secara bersama-sama. Harapannya semakin banyak kepedulian akan Indonesia maju ini, sehingga semua bersemangat mewujudkan Indonesia maju 2045. Selamat kepada para calon wisudawan,” sampai Badri.

 

Penulis: Sri Pujianti.

Editor: Nur R.

 

Source: Laman Mahkamah Konstitusi