MK Gelar Sosialisasi Upaya Memperkuat Kesehatan Mental Hadapi Pandemi Covid-19

JAKARTA, HUMAS MKRI – “Perlu bagi setiap individu untuk mengembangkan perasaan tenang dan nyaman guna menciptakan kesehatan mental pada masa pandemi.” Demikian penggalan motivasi yang disampaikan oleh Psikolog Sitti Evangeline Imelda Suaidy dalam kegiatan Sosialisasi Kesehatan Mental bagi Hakim Konstitusi dan Pegawai di Lingkungan Kepaniteraan dan Mahkamah Konstitusi. Kegiatan yang mengusung tema "Memperkuat Kesehatan Mental di Masa Pandemi" digelar pada Selasa (27/7/2021).

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Ketua MK Anwar Usman, Wakil Ketua MK Aswanto, tujuh hakim konstitusi, pejabat struktural dan fungsional MK, serta pegawai MK secara virtual dari kediaman masing-masing. Dosen Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengajak para peserta kegiatan sosialisasi untuk memperkuat kesehatan mental dengan meningkatkan kecerdasan akan ketabahan. Sebelum sampai pada tahap ini, sambung Evangeline, perlu dipahami pengertian dasar dari mental menurut WHO. Bahwa kesehatan mental berarti kondisi individu dalam keadaan sejahtera, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari, dan mampu berkontribusi di lingkungan sosialnya. Namun, kata Evangeline, saat pandemi ini dapat dikatakan kondisi setiap orang jauh dari sejahtera.

“Untuk itu, perlu dipastikan beberapa kondisi dari diri, misalnya apakah kita masih mengenal potensi diri berkaitan dengan fisik, bagaimana mengenali diri dengan memahami kerentanan pada tubuh kita, atau bagian mana dari tubuh yang tidak nyaman itu sendiri,” terang Evangeline.

Kecerdasan Akan Ketabahan

Berkaitan kesehatan mental, Evangeline mengatakan bahwa ketabahan yang harus dilihat pada diri saat masa pandemi ini adalah sejauh mana seseorang dapat bertahan dan mengatasi yang dihadapinya serta melihat dan sepakat dengan tantangannya. Rasa khawatir yang sering muncul pada masa-masa sekarang ini, menurutnya, adalah bagian dari hidup yang normal. Hal tersebut justru dapat membantu seseorang mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Hanya saja, ia mengingatkan untuk perlu bagi individu menyadari kekhawatiran tersebut apakah sudah berlebihan dan/atau semakin meningkat. Jika telah masuk pada tahap tidak terkendali, maka seseorang perlu melakukan konsultasi dengan ahli atau profesional.

Berikutnya Evangeline menjelaskan tentang respons kesehatan jiwa dengan kondisi yang tidak nyaman pada masa pandemi. Mulai dari takut tertular, takut diasingkan masyarakat, takut kehilangan, merasa tidak berdaya, dan bahkan takut mengalami wabah lagi bagi yang pernah mengalami sebelumnya. Ada beberapa reaksi umum yang akan didapati pada diri seseorang pada saat memahami kesehatan jiwanya, mulai dari reaksi secara fisik aka nada keluhan pusing, keringat dingin. Kemudian secara emosi seseorang tersebut pun akan mulai merasakan cemas, dan takut. Sementara itu, reaksi dari pikiran akan mulai bingung dan reaksi tingkah laku pun dapat tercermin dengan perilaku seperti menarik diri dan mudah terlibat konflik.

“Oleh karena itu, hal sederhana berupa saling berkabar pada orang-orang sekitar dapat dilakukan sehingga jalan ini nanti akan membuka diri agar mendapatkan penguatan dari orang lain. Perlu untuk membuat pola hubungan sosial di unit-unit terkecil kita untuk saling menguatkan,” nasihat Evangeline pada seluruh peserta kegiatan sosialisasi.

Kelola Pikiran

Kelola pikiran tetap positif dan sehat adalah hal yang harus dilakukan untuk mengatasi berbagai distorsi—pikiran mengganggu yang bentuknya beragam—dalam menghadapi pandemi atau situasi yang tidak nyaman lainnya yang menggangu kesehatan mental. Evangeline meminta agar setiap individu perlu mengenali distorsi pikirannya tersebut. Salah satunya dengan mengunakan socratic question.

“Setiap pribadi dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa Apa bukti yang mendukung pikiran benar? Adakah penjelasan alternatif/pertimbangan lain dari situasi tersebut? Hal terburuk apa yang akan terjadi dan bagaimana mengatasinya? Apa efek yang bila saya menyakini pikiran ini? Bila teman saya berada di situasi yang sama memiliki pikiran ini,vapa yang akan saya katakan padanya? Apa yang perlu saya lakukan/ambil tindakan untuk mengatasinya?” ujar Evangeline.

Sederetan pertanyaan tersebut, sambung Evangeline, akan membuat pikiran teralihkan dari yang hanya fokus pada kondisi sakit, akan tergugat dengan respons-respons yang membuat teralihkan dari pikiran-pikiran buruk yang merongrong seseorang saat kondisi lemah.

“Setelah melakukan hal ini, maka perlu bagi kita untuk memiliki keterampilan dasar dalam self healing dengan memperkuat teknik pernapasan dan tubuh. Dengan kegiatan ini akan melatih organ tubuh menjadi lebih kuat. Sebab, hal yang membuat sehat jiwa raga adalah menjaga keseimbangan fisik, emosional, dan mental untuk membuat diri merasa baik dan sehat. Kunci menghadapi pandemi ini adalah tidur teratur di mana perlu manajemen waktu dalam istirahat dan bekerja serta perlu ada kelola pikiran dan mental untuk lebih berimbang,” jelas Evangeline.

Membangun Kesehatan Mental

Sementara itu, Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah dalam laporan kegiatan sosialisasi ini mengatakan, bahwa sangat penting bagi seluruh keluarga besar MK untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan mental, utamanya untuk menghadapi terpaan gelombang Covid-19 di lingkungan MK.

“Kita perlu menjaga kesehatan mental, baik bagi yang sehat maupun bagi yang pernah sakit. Kita perlu mengatur mental karena tidak ada jaminan dengan selesainya masa pemulihan Covid-19 kita terlepas sepenuhnya. Mungkin saja kemudian dapat saja hal ini berulang berapa kali menimpa kita, tetapi dengan adanya vaksin yang telah didapatkan beberap waktu lalu dapat mengurangi risiko kematian terkait konfirmasi covid-19 ini dan mental kita pun dibangun agar kuat,” jelas Guntur.

Guntur pun berharap kendati pandemi tidak dapat dihindari, tetapi upaya untuk dapat bersahabat dengan situasi ini perlu dilakukan, termasuk dengan mengelola mental yang sehat agar jauh dari trauma pandemi. Melalui kegiatan sosialisasi yang digagas oleh Biro Sumber Data Manusia dan Organisasi MK diharapkan informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan mental ini dapat memberikan pemahaman bagi seluruh keluarga besar MK dalam menghadapi pandemi dengan mental dan spiritual yang terjaga baik. (*)

Penulis : Sri Pujianti

Editor  : Lulu Anjarsari P

 

 

Source: Laman Mahkamah Konstitusi